YOGYA (KR) - Saat ini di Indonesia sedang dirancang dan dikembangkan pendidikan karakter bagi peserta didik. Orientasinya, mencetak peserta didik tidak hanya cerdas dan pintar semata, namun juga memiliki karakter yang luhur.
Karakter tersebut, pendiikan tidak tercerabut dari akar tradisi, sosio-kultur, etika-moral dan nilai-nilai, tapi juga memiliki semangat kebangsaan. Semangat keindonsiaan secara kontekstual, yakni sesuai dinamika zaman.
Demikian yang mencuat dalam Seminar Nasional bertema �Membangun Pendidikan dalam Perspektif Karakter dan Kebangsaan� di Ruang Ki Hadjar Dewantara Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi (FISE) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Rabu (12/5). Seminar tersebut diselenggarakan FISE-UNY bekerja sama dengan SKH Kedaulatan Rakyat menandai Dies Natalis ke-46 UNY. Seminar menghadirkan pembicara KH Dr Abdullah Sukri Zarkarsyi (Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo), Prof Dr Sunaryo Kartadinata MPd (Rektor Universitas Pendidikan Indonesia/UPI), Masribi Ali (Lab School Jakarta) dengan moderator Drs Octo Lampito MPd (Pimred SKH Kedaulatan Rakyat). Kegiatan tersebut diberi pengantar Drs Sardiman AM MPd (Dekan FISE-UNY) dan dibuka oleh Dr Rochmat Wahab MA (Rektor UNY).
Prof Sunaryo Kartadinata mengatakan, pendidikan memiliki tiga tujuan utama yakni eksistensi, kolektif, perekat kultural. Seorang guru, hendaknya melihat peserta didik bukan hanya belajar namun bagaimana proses pembelajarannya. Sehingga beberapa hal terkait proses seperti kerja keras, kejujuran, Semangat keindonesiaan harus dibentuk, ditempa dari dunia pendidikan.
�Tujuan pendidikan juga membentuk peserta didik yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga demokratis dan bertanggung jawab,� ujarnya.
KH Abdullah Syukri Zarkazyi bersepakat bila pendidikan karakter dan moral sangat penting. Sedangkan pendidikan merupakan salah satu cara efektif untuk membangunnya. �Namun sayang, pendidikan di Indonesia kepentingannya akan selalu terkalahkan dengan ekonomi dan politik,� imbuhnya.
Sebuah lembaga pendidikan yang sempurna tidak hanya berorientasi pada materi yang bersifat intelektual namun harus dibarengi dengan aspek kepribadian dan nilai moral. Pengalamannya sebagai pemimpin pesantren menyaring beberapa nilai dasar pendidikan seperti ajaran, tuntutan, pesan, semangat, semboyan, falsafah dan jiwa.
�Ini yang hendaknya disosialisasi dan diinternalisasi oleh sebuah lembaga pendidikan serta kepada anak didiknya,� tegasnya. Mengambil contoh pola pendidikannya di Gontor diterapkan pendidikan berbasis kegiatan melalui berbagai kegiatan seperti olahraga, kepramukaan, keorganisasian, keterampilan dan sebagainya.
Sedangkan Masribi Ali mengatakan, pengembangan pendidikan anak yang memiliki karakter tidak hanya sistem yang sehat di sekolah, juga proses yang sehat pula. Misalnya soal kebersamaan, kepedulian sosial, serta sikap demokratis, baik dari siswa, guru dan karyawan. Untuk menumbuhkan sikap demokratis aspirasi dijaring dengan pembagian angket untuk wali siswa guna mencari tahu kebutuhan dan keinginan siswa masuk ke sekolah tersebut. Dari angket tersebut pihak sekolah melakukan kajian dan menciptakan formulasi guna mendidik siswa tidak hanya pandai dari segi intelektual saja namun juga memiliki karakter keindonesiaan yang tangguh. (M-1/Jay)-g
Karakter tersebut, pendiikan tidak tercerabut dari akar tradisi, sosio-kultur, etika-moral dan nilai-nilai, tapi juga memiliki semangat kebangsaan. Semangat keindonsiaan secara kontekstual, yakni sesuai dinamika zaman.
Demikian yang mencuat dalam Seminar Nasional bertema �Membangun Pendidikan dalam Perspektif Karakter dan Kebangsaan� di Ruang Ki Hadjar Dewantara Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi (FISE) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Rabu (12/5). Seminar tersebut diselenggarakan FISE-UNY bekerja sama dengan SKH Kedaulatan Rakyat menandai Dies Natalis ke-46 UNY. Seminar menghadirkan pembicara KH Dr Abdullah Sukri Zarkarsyi (Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo), Prof Dr Sunaryo Kartadinata MPd (Rektor Universitas Pendidikan Indonesia/UPI), Masribi Ali (Lab School Jakarta) dengan moderator Drs Octo Lampito MPd (Pimred SKH Kedaulatan Rakyat). Kegiatan tersebut diberi pengantar Drs Sardiman AM MPd (Dekan FISE-UNY) dan dibuka oleh Dr Rochmat Wahab MA (Rektor UNY).
Prof Sunaryo Kartadinata mengatakan, pendidikan memiliki tiga tujuan utama yakni eksistensi, kolektif, perekat kultural. Seorang guru, hendaknya melihat peserta didik bukan hanya belajar namun bagaimana proses pembelajarannya. Sehingga beberapa hal terkait proses seperti kerja keras, kejujuran, Semangat keindonesiaan harus dibentuk, ditempa dari dunia pendidikan.
�Tujuan pendidikan juga membentuk peserta didik yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga demokratis dan bertanggung jawab,� ujarnya.
KH Abdullah Syukri Zarkazyi bersepakat bila pendidikan karakter dan moral sangat penting. Sedangkan pendidikan merupakan salah satu cara efektif untuk membangunnya. �Namun sayang, pendidikan di Indonesia kepentingannya akan selalu terkalahkan dengan ekonomi dan politik,� imbuhnya.
Sebuah lembaga pendidikan yang sempurna tidak hanya berorientasi pada materi yang bersifat intelektual namun harus dibarengi dengan aspek kepribadian dan nilai moral. Pengalamannya sebagai pemimpin pesantren menyaring beberapa nilai dasar pendidikan seperti ajaran, tuntutan, pesan, semangat, semboyan, falsafah dan jiwa.
�Ini yang hendaknya disosialisasi dan diinternalisasi oleh sebuah lembaga pendidikan serta kepada anak didiknya,� tegasnya. Mengambil contoh pola pendidikannya di Gontor diterapkan pendidikan berbasis kegiatan melalui berbagai kegiatan seperti olahraga, kepramukaan, keorganisasian, keterampilan dan sebagainya.
Sedangkan Masribi Ali mengatakan, pengembangan pendidikan anak yang memiliki karakter tidak hanya sistem yang sehat di sekolah, juga proses yang sehat pula. Misalnya soal kebersamaan, kepedulian sosial, serta sikap demokratis, baik dari siswa, guru dan karyawan. Untuk menumbuhkan sikap demokratis aspirasi dijaring dengan pembagian angket untuk wali siswa guna mencari tahu kebutuhan dan keinginan siswa masuk ke sekolah tersebut. Dari angket tersebut pihak sekolah melakukan kajian dan menciptakan formulasi guna mendidik siswa tidak hanya pandai dari segi intelektual saja namun juga memiliki karakter keindonesiaan yang tangguh. (M-1/Jay)-g
Diupload oleh : hans (-) | Kategori: Berita Koran Pendidikan | Tanggal: 14-05-2010 08:09
No comments:
Post a Comment